Welcome

Selamat Datang di Blog Asuhan keperawatan.... Semoga dapat membantu......

Minggu, 17 Juli 2011

ASKEP PADA ANAK DENGAN ENSEFALITIS

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ANAK DENGAN ENSEFALITIS

LAPORAN PENDAHULUAN

       I.            LANDASAN TEORI MEDIS
ÿ  Pengertian
Ensefalitis yaitu Infeksi jaringan otak yang disebabkan oleh berbagai virus dan organisme.

ÿ  Pathogenesis
Virus masuk tubuh pasien melalui kulit, saluran nafas dan saluran cerna. Setelah itu masuk kedalam tubuh, virus akan menyeba keseluruh tubuh dengan beberapa cara :
·         Setempat : virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lender permukaan atau organ tertentu.
·         Penyebaran hematogen primer : virus masuk kedalam darah. Kemudian menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut.
·         Penyebaran melalui saraf – saraf : virus berkembang biak dipermukaan selaput lender dan menyebar melalui system saraf.
Masa prodomal berlangsung 1 – 4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremitas dan pucat.

ÿ  Penyebab
Berbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkan ensefalitis, misalnya bacteria, protozoa, cacing, jamur, spirochaeta, dan virus. Bakteri penyebab ensefalitis adalah Staphilococcus aureus, streptokok, E. Coli, M. Tuberculosa dan T. Pallidum. Encephalitis bacterial akut sering disebut encephalitis supuratif akut ( Manjoer, 2000 ). Penyebab lain adalah keracunan arsenic dan reaksi toksin dari thypoid fever, campak dan chiken pox/ cacar air. Penyebab encephalitis yang terpenting dan tersering ialah virus. Infeksi dapat terjadi karena virus langsung menyerang otak, atau reaksi radang akut infeksi sistemik atau vaksinasi terdahulu.

ÿ  Klasifikasi
Klasifikasi encephalitis berdasarkan jenis virus serta epidemiologinya :
·         Infeksi virus yang bersifat endemic
1.      Golongan enterovirus : Poliomyelitis, virus Coxsackie, vieus ECHO.
2.      Golongan virus Arbo : Western equine encephalitis, St. Louis encephalitis, Eastern equine encephalitis, Japanese B encephalitis, Russian spring summer encephalitis, Murray valley encephalitis.
·         Infeksi virus yang bersifat sporadic : rabies, Herpes simpleks, Herpes zoster, Limfoggranuloma, Mumps, Lymphocytic choriomeningitis, dan jenis lain yang dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.
·         Encephalitis pasca – infeksi : pasca morbili, pasca – varisela, pasca – rubella, pasca – vaksinia, psca – mononucleosis infeksius, dan jenis – jenis lain yang mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak spesifik. ( Robin cit. Hasan, 1997 ).
ÿ  Tanda dan Gejala
Meskipun penyebabnya berbeda – beda, gejala klinis encephalitis lebih kurang sama dank has, sehingga dapat digunakan sebagai criteria diagnosis. Secara umum, gejala berupa trias Encephalitis yang terdiri dari demam, kejang dan kesadran menurun ( Manjoer, 2000 ). Adapun tanda dan gejala encephalitis sebagai berikut :
·         Suhu yang mendadak naik, seringkali ditemukan hiperpireksia.
·         Kesadaran dengan cepat menurun
·         Muntah
·         Kejang – kejang, yang dapat bersifat umum, fokal atau twitching saja. ( kejang – kejang dimuka ).
·         Gejala – gekala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri – sendiri atau bersama – sama, missal paralisis, afasia, dan sebagainya ( Hasan, 1997 ).

ÿ  Pemeriksaan Penunjang
·         Biakan
·         Pemeriksaan serologis
·         Pemeriksaan darah
·         Punksi lumbal
·         EEG
·         CT scan

ÿ  Prognosis dan Komplikasi
Angka kematian untuk ensefalitis ini masih tinggi, berkisar antara 35 sampai 50 %. Daripada penderita yang hidup 20 sampai 40 % mempunyai komplikasi atau gejala sisa berupa paralisis, pergerakan “ choreaathetoid “, gangguan penglihatan atau gejala neurologis lain.
Selain itu komplikasi bisa berupa :
Komplikasi pada ensefalitis berupa :
a.Retardasi mental
b.Iritabel
c.Gangguan motorik
d.Epilepsi
e.Emosi tidak stabil
f.Sulit tidur
g.Halusinasi
h.Enuresis
i.Anak menjadi perusak dan melakukan tindakan asosial lain

ÿ  Penatalaksanaan
·         Isolasi
Isolasi betujuan mengurangi stimulus/ rangsangan dari luar sebagai tindakan pencegahan.
·         Terapi antimikroba, sesuai hasil kultur
Obat yang mungkin dianjurkan oleh dokter :
1.      Ampicillin : 200 mg / kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis
2.      Kemicetin : 100 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis
3.      Bila encephalitis disebabkan oleh virus ( HSV ), agen antiviral acyclovir secara signifikan dapat menurunkan mortalitas dan morbiditas HSV encephalitis. Acyclovir diberikan secara intravena dengan dosis 30 mg/kgBB per hari dan dilanjutkan selama 10 – 14 hari untuk mencegah kekambuhan ( Victor, 2001 ).
4.      Untuk kemungkinan infeksi sekunder diberikan antibiotika secara polifragmasi.
·         Mengurangi meningkatnya tekanan intracranial, manajemen edema otak.
1.      Mempertahankan hidrasi, monitor balans cairan ; jenis dan jumlah cairan yang diberikan tergantung keadaan anak.
2.      Glukosa 20 %, 10 ml intrvena beberapa klai sehari disuntikan dalam pipa giving set untuk menghilangkan edema otak.
3.      Kortikosteroid intramuscular atau intravena dapat juga digunakan untuk menghilangkan edema otak.
·         Mengontrol kejang
Obat antikonvulsif diberikan segera untuk memberantas kejang. Obat yang diberikan ialah valium dan atau luminal.
1.      Valium dapat diberikan dengan dosis 0,3 – 0, 5 mg/kgBB/kali.
2.      Bila 15 menit belum teratasi/ kejang lagi bisa diulang dengan dosis yang sama
3.      Jika sudah diberikan 2 kali dan 15 menit lagi masih kejang, berikan valium drip dengan dosis 5 mg/kgBB/24 jam.
·         Mempertahankan ventilasi
Bebaskan jalan nafas, berikan O2 sesuai dengan kebutuhan ( 2 – 31/ menit ).
·         Penatalaksanaan shock septic
·         Mengontrol perubahan suhu lingkungan
Untuk mengatasi hiperpireksia, diberikan kompres pada permukaan tubuh yang mempunyai pembuluh besar, misalnya pada kiri dan kanan leher, ketiak, selangkangan, daerah proksimal betis dan di atas kepala.  Sebagai hibernasi dapat diberikan largaktil 2 mg/kgBB/hari dan phenergan 4 mg/kgBB/hari secara intravena atau intramuscular dibagi dalam 3 kali pemberian. Dapat juga diberikan antipiretikum seperti asetosal atau parasetamol bila keadaan telah memungkinkan pemberian obat per oral.(Hassan, 1997)
 

    II.            LANDASAN TEORI KEPERAWATAN
PENGKAJIAN :
1.      Identitas
Ensefalitis dapat terjadi pada semua kelompok umur.
2.    Keluhan utama
Panas badan meningkat, kejang ( Twiching ), kesadaran menurun.
3.    Riwayat penyakit sekarang
Mula-mula anak rewel ,gelisah ,muntah-muntah ,panas badan meningkat kurang lebih 1-4 hari , sakit kepala.
4.    Riwayat penyakit dahulu
Klien sebelumnya menderita batuk , pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah menderita penyakit Herpes, penyakit infeksi pada hidung,telinga dan tenggorokan.
5.      Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh virus contoh : Herpes dll. Bakteri contoh : Staphylococcus Aureus,Streptococcus , E , Coli ,dll.
6.      Imunisasi
Kapan terakhir diberi imunisasi DTP
Karena ensefalitis dapat terjadi post imunisasi pertusis.

POLA-POLA FUNGSI KESEHATAN
Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
1.      Kebiasaan
Sumber air yang dipergunakan dari PAM atau sumur ,kebiasaan buang air besar di WC,lingkungan penduduk yang berdesaan (daerah kumuh)
2.      Status Ekonomi
Biasanya menyerang klien dengan status ekonomi rendah.
Pola Nutrisi dan Metabolisme
1.      Menyepelekan anak yang sakit ,tanpa pengobatan yang sempurna
2.      Pemenuhan Nutrisi
Biasanya klien dengan gizi kurang asupan makanan dan cairan dalam jumlah kurang dari kebutuhan tubuh.
3.      Pada klien dengan Ensefalitis biasanya ditandai. Dengan adanya mual, muntah, kepalah pusing, kelelahan..
4.      Status Gizi yang berhubungan dengan keadaan tubuh.
5.      Postur tubuh biasanya kurus ,rambut merah karena kekurangan vitamin A,berat badan kurang dari normal.
6.      Menurut rumus dari BEHRMAN,umur 1 sampai 6 tahun
Umur (dalam tahun) x 2 + 8
Tinggi badan menurut BEHRMAN umur 4 sampai 2 x tinggi badan lahir.
Perkembangan badan biasanya kurang karena asupan makanan yang bergizi kurang.
Pengetahuan tentang nutrisi biasanya pada orang tua anak yang kurang pengetahuan tentang nutrisi.Yang dikatakan gizi kurang bila berat badan kurang dari 70% berat badan normal.

Pola Eliminasi
1.      Kebiasaan Defekasi sehari-hari
Biasanya pada klien Ensefalitis karena klien tidak dapat melakukan mobilisasi maka dapat terjadi obstivasi.
2.       Kebiasaan BAK sehari-hari
Biasanya pada klien Ensefalitis kebiasaan miksi normal frekuensi normal.
Jika kebutuhan cairan terpenuhi.
Jika terjadi gangguan kebutuhan cairan maka produksi irine akan menurun konsentrasi urine pekat.

Pola tidur dan istirahat
Biasanya pola tidur dan istirahat pada klien Ensefalitis biasanya tidak dapat dikaji karena klien sering mengalami apatis sampai koma.

Pola Aktivitas
1.      Aktivitas sehari-hari : klien biasanya terjadi gangguan karena klien Ensefalitis mengalami kelemahan penurunan kesadaran.
2.      Kebutuhan gerak dan latihan : bila terjadi kelemahan maka latihan gerak dilakukan latihan positif.
3.      Upaya pergerakan sendi : bila terjadi atropi otot pada klien gizi buruk maka dilakukan latihan pasif sesuai ROM
4.      Kekuatan otot berkurang karena klien Ensefalitis dengan gizi buruk .
5.      Kesulitan yang dihadapi bila terjadi komplikasi ke jantung ,ginjal ,mudah terkena infeksi ,anemia berat,aktifitas fagosit turun ,Hb turun ,punurunan kadar albumin serum ,gangguan pertumbuhan.

Pola Hubungan Dengan Peran
Interaksi dengan keluarga / orang lain biasanya pada klien dengan Ensefalitis kurang karena kesadaran klien menurun mulai dari apatis sampai koma.

Pola Persepsi dan pola diri
Pada klien Ensenfalitis umur > 4 ,pada persepsi dan konsep diri
Yang meliputi Body Image ,self Esteem ,identitas deffusion deper sonalisasi belum bisa menunjukkan perubahan.

Pola sensori
 Sensori
· Daya penciuman
· Daya rasa
· Daya raba
· Daya penglihatan
· Daya pendengaran
Tidak dapat di evaluasi

Pola Reproduksi Seksual
Bila anak laki-laki apakah testis sudah turun ,fimosis ada/tidak.

Pola penanggulangan Stress
1.      Pada klien Ensefalitis karena terjadi gangguan kesadaran :
2.      Stress fisiologi ( anak hanya dapat mengeluarkan air mata saja ,tidak bisa menangis dengan keras (rewel) karena terjadi afasia.
3.      Stress Psikologi tidak di evaluasi 

Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Anak umur 18 bulan belum bisa dikaji.

DIAGNOSA KEPERAWATAN :
1.      Hipertermi b/d proses infeksi.
Criteria Hasil : suhu badan anak dalam batas normal.

Intervensi
Rasional
Ukur suhu badan anak setiap 2 – 4 jam.


Pantau suhu lingkungan.



Berikan kompres hangat.


Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antipiretik dan antimikroba.

Pemantauan dapat mendeteksi kenaikan suhu .

Lingkungan yang sejuk dapat mengurangi demam melalui kehilangan panas secara radiasi.

Kompres hangat dapat mendinginkan permukaan tubuh melalui proses konduksi.

Antipiretik dapat mengurangi demam dan antimikroba dapat mengobati infeksi yang menjadi penyebab penyakit.

2.      Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan neuromuskuler.
Criteria Hasil : meningkatkan bagian tubuh terurama ekstremitas, agar dapat berajtivitas denagn normal tanpa meminta bantuan orang lain.

Intervensi
Rasional
Periksa kembali kemampuan dan keadaaan secara fungsional pada kerusakan yang terjadi


Berikan/ bantu untuk melakukan latihan rentang gerak


Letakkan pasien pada posisi tertentu untuk menghindari kerusakan karena tekanan ubah posisi pasien secara teratur dan buat sedikit perubahan posisi antara waktu perubahan posisi tersebut

Berikan perawatan kulit dengan cermat, masase dengan pelembab dan ganti linen/ pakaian yang basah dan pertahankan linen tersebut tetap bersih dan bebas dari kerutan (jaga tetap tegang dan mencegah decubitus)

Bantu pasien dengan program latihan dan penggunaan alat mobilisasi


Mengidentifikasi kemungkinan secara fungsional dan mempengaruhi pilihan intervensi yang akan dilakukan

Mempertahankan mobilisasi dan fungsi sendi/ posisi normal ekstremitas dan menurunkan terjadinya vena yang statis

Perubahan posisi yang teratur menyebabkan penyebaran terhadap berat badan dan meningkatkan sirkulasi pada seluruh bagian badan


Meningkatkan sirkulasi dan elastisitas kulit dan menurunkan resiko terjadinya ekskorlasi kulit



Proses penyembuhan yang lambat seringkali menyertai trauma kepala dan pemulihan secara fisik merupakan bagian yang amat penting


3.      Perubahan persepsi sensorik b/d penurunan tingkat kesadaran.
Criteria hasil : mempertahankan fungsi persepsi

Intervensi
Rasional
Kaji kesadaran sensorik seperti respon panas / dingin atau benda tajam / tumpul dan kesadaran terhadap gerakan dan letak tubuh



Catat adanya perubahan yang spesifik dalam hal kemampuan seperti memusatkan kedua mata dengan mengikuti instruksi verbal yang sederhana.
 

Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
Informasi penting untuk keamanan pasien. Semua system sensorik dapat terpengaruh denagn adanya perubahan kehilangan sensasi / kemampuan untuk menerima dan berespon secara stimulasi

Membantu melokalisasi daerah otak yang mengalami gangguan dan mengidentifikasi tanda perkembangan terhadap peningkatan fungsi neurologi.

Memberikan terapi pada klien untuk membentu proses penyembuhan.

4.      Resiko tinggi terhadap trauma b/d aktivitas kejang ( Twiching ).
Criteria hasil : tidak terjadi trauma

Intervensi
Rasional
Berikan pengamanan pada pasien dengan memberi bantalan,penghalang tempat tidur tetapn terpasang dan berikan pengganjal pada mulut, jalan nafas tetapbebas.

Pertahankan tirah baring dalam fase akut.


Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi seperti delantin, valumdsb.


Melindungi px jika terjadi kejang , pengganjal mulut agak lidah tidak tergigit.
Catatan: memasukkan pengganjal mulut hanya saat mulut relaksasi.

Menurunkan resiko terjatuh / trauma saat terjadi vertigo.

 Merupakan indikasi untuk penanganan dan pencegahankejang.


5.      Resiko terjadi kontraktur b/d spastik berulang.
Criteria hasil : tidak terjadi kontraktur 

Intervensi
Rasional
Berikan penjelasan pada ibu klien tentang penyebab terjadinya spastik , terjadi kekacauan sendi.

Lakukan latihan pasif mulai ujung ruas jari secara bertahap

Lakukan perubahan posisi setiap 2 jam.




Observasi gejala kaerdinal setiap 3 jam



Kolaborasi untuk pemberian pengobatan spastik dilantin / valium sesuai Indikasi
Dengan diberi penjelasan diharapkan keluarga mengerti dan mau membantu program perawatan .

Melatih melemaskan otot-otot, mencegah kontraktor.

Dengan melakukan perubahan posisi diharapkan peR/usi ke jaringan lancar, meningkatkan daya pertahanan tubuh

Dengan melakukan observasi dapat melakukan deteksi dini bila ada kelainan dapat dilakukan inteR/ensi segera

 Diberi dilantin / valium ,bila terjadi kejang spastic ulang

  
6.      Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesadaran menurun .
Kriteria Hasil :
Meningkatkan nafsu makan sehingga kebutuhan nutrisi meningkat atau terpenuhi.
Intervensi
Rasional
Kaji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan

Auskultsi bising usus, catat adanya penurunan/ hilangnya suara yang hiperaktif



Timbang berat badan sesuai indikasi


Berikan makanan dalam jumlah kecil dan dalam waktu yang sering dengan teratur


Tingkatkan kenyamanan, lingkungan yang santai termasuk sosialisasi saat makan. Anjurkan orang terdekat untuk membawa makanan yang disukai pasien.

Kolaborasi dengan ahli gizi



Faktor ini menentukan pemilihan terhadap jenis makanan

Fungsi saluran pencernaan biasanya tetap baik pada kasus cidera kepala, jadi bising usus membantu dalam menentukan respon untukmakanan.

Mengevaluasi keefektifan atau kebutuhan mengubah pemberian nutrisi

Meningkatkan proses pencernaan dan dapat meningkatkan kerjasama pasien saat makan.


Sosialisasi waktu makan dengan orang terdekat atau teman dapat meningklatkan pemasukan dan menormalkan fungsi makan


Untuk mengidentifikai kebutuhan kalori (nutrisi tergantung pada usia, berat badan, ukuran tubuh, dan keadaaan penyakit)

7.      Resiko kekurangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Kriteria Hasil : Kebutuhan cairan terpenuhi.

Intervensi
Rasional
Kaji intake dan output cairan



Monitor tanda – tanda meningkatnya kekurangan cairan seperti turgor kulit tidak elastic, ubun – ubun cekung, produksi urin menurun, membrane mukosa kering, bibir pecah – pecah.

Timbang BB pasien



Monitor pemberian cairan intravena setiap jam.
Membantu dalam menentukan intervensi selanjutnya.

Dengan mengetahui tanda –tanda meningkatnya kekurangan cairan maka dapat membantu dalam melakukan tindakan keperawatan dan terapi selanjutnya.

BB dapat menindikasikan bahwa tubuh pasien memiliki keseimbangan cairan dalam tubuh.

Pemberian cairan intravena dapat membantu mengembalikan cairan tubuh yang telah hilang.

8.      Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan kesadaran.
Kriteria Hasil : Tidak terjadi kerusakan integritas kulit.

Intervensi
Rasional
Kaji keadaan kulit pasien meliputi struktur, bentuk lesi, serta penyebaran lesi pada kulit.


Ubah posisi pasien


Kolaborasi dalam pemberian obat – obat topical.
Keadaan kulit pasien dapat menjadi indicator untuk menentukan tindakan perawatan selajutnya

Dengan mengubah posisi pasien dapat mencegah terjadinya dekubitus.

Pemberian obat topical dapat membantu penyembuhan luka pada kulit.


9.      Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit
Kriteria Hasil : Keluarga memahami tentang penyakit yang diderita pasien.

Intervensi
Rasional
Beri informasi tentang penyakit pasien kepada keluarga.



Ajar keluarga pasien teknik merawat pasien dirumah

Informasi yang didapat oleh kelurga dapat membantu menghilangkan kecemasan kelurga dan dapat membantu dalam melakukan tindakan perawtan dirumah.

Dengan pengetahuan keuraga tentang teknik perawatan pasien dirumah maka dapat membantu penyembuhan pasien dan terhindar dari komplikasi – komplikasi pada pasien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar